REVIEW FILM FOUR CHRISTMASES (2008)
Aneh rasanya menonton film bertema Natal di luar musimnya. Namun, ketertarikan saya pada genre komedi romantis, bukan tema Natalnya, yang membuat saya menonton film ini. Film ini berkisah tentang Brad dan Kate, pasangan yang telah hidup bersama selama tiga tahun. Mereka sepakat untuk tidak menikah dan memiliki anak, menganggapnya merepotkan, membebani, dan menghilangkan kebebasan. Setiap Natal, mereka selalu menghindari berkumpul dengan keluarga yang orang tuanya telah bercerai dan hidup terpisah.
Setiap Natal, Brad dan Kate menghubungi orang tua mereka, berbohong bahwa mereka tidak bisa pulang karena menghadiri acara sosial di berbagai tempat. Padahal, mereka sebenarnya berlibur berdua. Namun, setelah tiga tahun berbohong, kebohongan mereka terbongkar. Di bandara, wajah mereka tertangkap kamera reporter TV yang meliput kesibukan Natal. Akibatnya, mereka terpaksa merayakan Natal tahun ini bersama orang tua dan saudara-saudara mereka yang kurang mereka sukai, dengan mengunjungi empat rumah berbeda secara bergantian.
Kisah film ini terbilang unik, dan dinamika keluarga yang disfungsional tergambarkan dengan baik. Setiap keluarga memiliki konflik yang berbeda. Namun, film ini memiliki beberapa celah, terutama mengenai pertemuan pertama Brad dan Kate. Meskipun pertemuan pertama yang romantis adalah hal biasa dalam komedi romantis, rasanya tidak realistis jika mereka langsung memutuskan untuk tinggal bersama setelah pertemuan pertama. Perubahan pandangan pasangan ini dari anti-hubungan serius menjadi ingin mencoba hubungan serius juga terasa terlalu cepat. Seharusnya ada lebih banyak ruang untuk memahami perkembangan perasaan mereka.